Confessions atau diterjemahkan dengan tepat menjadi
''Pengakuan-Pengakuan'' adalah buah karya St. Agustinus yang mengubah
kehidupan banyak orang.
St. Agustinus adalah seorang tokoh Gereja yang dilahirkan di Thagaste,
Afrika, pada tahun 354, suatu zaman yang sangat dekat dengan generasi
awal Gereja yang dibangun oleh Para Rasul sendiri. Karenanya
karya-karyanya adalah suatu sastra kuno yang juga cukup sulit dibaca dan
diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa modern.
Confessions boleh dikatakan sebagai otobiografi St. Agustinus, karena
di dalamnya ia bercerita panjang lebar mengenai masa kecilnya, bagaimana
ia tumbuh dewasa, keadaan keluarganya, bagaimana ibunya dengan tekun
senantiasa mendoakannya pada saat ia terlibat berbagai kegiatan
keagamaan yang bertentangan dengan Gereja, dan tak luput juga
diceritakan betapa dirinya lebih memilih hidup bersama seorang wanita
ketimbang menikah secara resmi di Gereja.
Dalam perkembangan Gereja, St. Agustinus memainkan peranan sangat
penting, khususnya dalam perkembangan Gereja Barat. Oleh karena itu
boleh dikatakan karakteristik Gereja Katolik Roma dan Gereja Reformasi
yang sekarang sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran St. Agustinus.
Betapapun juga, pada akhirnya iapun mengakui dengan segala kerendahan
hati keterbatasan akal budi manusia di dalam memahami Allah yang tak
terbatas.
Barangkali klimaks dalam buku ini adalah apa yang disebut sebagai
''Renungan di Ostia'', yaitu suatu pengalaman mistik, yang hanya sesaat
tetapi tak terlupakan.
Dalam peristiwa itu, sesaat sebelum kembbali ke Afrika, Agustinus
mengalami perasaan bahwa dirinya melampaui tatanan dunia ciptaan dan
mencicipi keabadian Allah. Pengalaman mistik tersebut agak berbeda
dengan pengalaman mistik orang lain, yaitu tidak dialaminya sendirian,
tetapi dialaminya bersama dengan ibunya, Monika.
Hal yang paling menonjol dari St. Agustinus adalah rentang pemikirannya
yang dianggap terlalu luas oleh sebagian orang, yaitu mulai dari yang
paling rumit (tentang Tritunggal) hingga yang paling duniawi dan
dianggap ''biasa'' (tentang seks dan perkawinan). Beberapa teolog modern
bahkan secara terang-terangan tidak setuju dengan pendapat-pendapat St.
Agustinus, dan juga ada yang tanpa ragu menilai negatif pemikirannya
mengenai seks dan perkawinan. Ajaibnya, penilaian-penilaian tersebut
justru memancing pengkajian tentang St. Agustinus tetap hidup hingga
saat ini.
St. Agustinus wafat pada tahun 430.
Edisi bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh:[BR]Penerbit Kanisius
(Anggota IKAPI).[BR]Jl. Cempaka 9, Deresan.[BR]Yogyakarta
55281.[BR]Telp. (0274) 88783.[BR]Fax. (0274) 63349.[BR]E-mail:
office@kanisius.co.id.