Sabtu, 29 September 2012

St. Agustinus

Confessions atau diterjemahkan dengan tepat menjadi ''Pengakuan-Pengakuan'' adalah buah karya St. Agustinus yang mengubah kehidupan banyak orang. St. Agustinus adalah seorang tokoh Gereja yang dilahirkan di Thagaste, Afrika, pada tahun 354, suatu zaman yang sangat dekat dengan generasi awal Gereja yang dibangun oleh Para Rasul sendiri. Karenanya karya-karyanya adalah suatu sastra kuno yang juga cukup sulit dibaca dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa modern. Confessions boleh dikatakan sebagai otobiografi St. Agustinus, karena di dalamnya ia bercerita panjang lebar mengenai masa kecilnya, bagaimana ia tumbuh dewasa, keadaan keluarganya, bagaimana ibunya dengan tekun senantiasa mendoakannya pada saat ia terlibat berbagai kegiatan keagamaan yang bertentangan dengan Gereja, dan tak luput juga diceritakan betapa dirinya lebih memilih hidup bersama seorang wanita ketimbang menikah secara resmi di Gereja. Dalam perkembangan Gereja, St. Agustinus memainkan peranan sangat penting, khususnya dalam perkembangan Gereja Barat. Oleh karena itu boleh dikatakan karakteristik Gereja Katolik Roma dan Gereja Reformasi yang sekarang sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran St. Agustinus. Betapapun juga, pada akhirnya iapun mengakui dengan segala kerendahan hati keterbatasan akal budi manusia di dalam memahami Allah yang tak terbatas. Barangkali klimaks dalam buku ini adalah apa yang disebut sebagai ''Renungan di Ostia'', yaitu suatu pengalaman mistik, yang hanya sesaat tetapi tak terlupakan. Dalam peristiwa itu, sesaat sebelum kembbali ke Afrika, Agustinus mengalami perasaan bahwa dirinya melampaui tatanan dunia ciptaan dan mencicipi keabadian Allah. Pengalaman mistik tersebut agak berbeda dengan pengalaman mistik orang lain, yaitu tidak dialaminya sendirian, tetapi dialaminya bersama dengan ibunya, Monika. Hal yang paling menonjol dari St. Agustinus adalah rentang pemikirannya yang dianggap terlalu luas oleh sebagian orang, yaitu mulai dari yang paling rumit (tentang Tritunggal) hingga yang paling duniawi dan dianggap ''biasa'' (tentang seks dan perkawinan). Beberapa teolog modern bahkan secara terang-terangan tidak setuju dengan pendapat-pendapat St. Agustinus, dan juga ada yang tanpa ragu menilai negatif pemikirannya mengenai seks dan perkawinan. Ajaibnya, penilaian-penilaian tersebut justru memancing pengkajian tentang St. Agustinus tetap hidup hingga saat ini. St. Agustinus wafat pada tahun 430. Edisi bahasa Indonesia ini diterbitkan oleh:[BR]Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).[BR]Jl. Cempaka 9, Deresan.[BR]Yogyakarta 55281.[BR]Telp. (0274) 88783.[BR]Fax. (0274) 63349.[BR]E-mail: office@kanisius.co.id.